MAKALAH PENGARUH PENDIDKAN DAN KEBUDAYAAN TERHADAP KEAGAMAAN
PENGARUH PENDIDKAN DAN KEBUDAYAAN TERHADAP KEAGAMAAN
DisusunGunaMemenuhiTugas MataKuliah Ilmu Jiwa Agama
DosenPengampu
: Prof. Dr. Abdullah Hadziq, MA
DisusunOleh :
1.
Siti Rahmatika (31501700114)
2.
Siti Shohihatul M (31501700115)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS
ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena telah memberikan rahmat,
bimbingan dan kekuatan kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Pengaruh Pendidikan dan Kebudayaan terhadap
Keagamaan”.Sholawat serta
salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW serta keluarga dan
sahabatnya.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Jiwa Agama, selain itu makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penyusun
dan pembaca khususnya bagi para mahasiswa dalam proses pembelajaran yang
inovatif, interaktif, dan atraktif.
Penyusun
ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Abdullah Hadziq, MA Selaku dosen mata kuliah Ilmu Jiwa Agama atas
dasar bimbingan dan pengarahannya selama penyusunan makalah ini, serta pihak-
pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penyusun
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka
penyusun mengharap kepada para pembaca
untuk memberikan kritik,saran dan masukan kepada penyusun demi penyempurnaan
penyusunan makalah ini selanjutnya.
Semarang,28 April 2020
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang...................................................................................................... 4
2. Rumusan Masalah................................................................................................. 5
3. Tujuan.................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
A. pengertian
dari pendidikan ................................................................................... 6
B. Pengertian
dari kebudayaan................................................................................... 7
C. Pengaruh
Pendidikan terhadap Jiwa Keagamaan ................................................. 8
D. Hubungan
tradisi keagamaan dan Sikap Keagamaan ......................................... 10
E. Pengaruh
Kebudayaan terhadap Jiwa keagamaan.............................................. 12
BAB III PENUTUP
Kesimpulan...................................................................................................................... 13
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan unsur yang sangat penting dalam
menciptakan generasi yang kuat baik secara moral maupun material. Manusia
dilahirkan didunia ini dalam keadaan fitrah, sehingga beberapa faktor akan
turut mempengaruhi perkembangan seseorang. Baik ataupun buruknya seseorangn
akan tercipta dari beberapa faktor pendidikan yang didapatinya. Pendidikan
merupakan sarana yang tepat dalam mencapai hal tersebut. Terlebih sebagai umat
islam maka pendidikan islam tentu menjadi sebuah jalan yang harus ditempuh oleh
semua umat.
Pendidikan
Agama Islam seharusnya bertujuan menimbulkan pertumbuan yang seimbang dari
kepribadian total manusia melalui latihan spriritual, intelek, rasional diri,
perasaan dan kepekaan tubuh manusia. karena itu pendidikan seharusnya membuka
jalan bagi pertumbuhan manusia dalam segala aspek spiritual, intelektual,
imajinatif, fisikal, ilmiah, linguistik, baik secara individual maupun secara
kolektif dan memotivasi semua aspek untuk mencapai kebaikan kesempurnaan.
Tujuan terakhir pendidikan muslim adalah perwujudan penyerahan mutlak kepada
Allah, pada tingkat individual, masyarakat dan kemanusiaan pada umumnya
Dalam
pembahasan inilah akan dijelaskan macam-macam pendidikan yang mempengaruhi
terhadap perkembangan jiwa keagamaan, yang diantaranya ialah pendidikan
keluarga, pendidikan kelembagaan dan pendidikan masyarakat. Karena mengingat
pentingnya pendidikan dalam membentuk jiwa keagamaan.
Selain
pendidikan kebudayaan yang ada pada suatu masyarakat, pada dasarnya merupakan
gambaran dari pola pikir, tingkah laku, dan nilai yang diantu oleh masyarakat
itu sendiri. Dari sudut pandang ini, agama disatu sisi memberikan kontribusi
terhadap nilai-nilai budaya yang ada, sehingga agama pun bisa berjalan dengan
nilai-nilai budaya yang sedang dianutnya. Pada sisi lain karena agama sebagai
wahyu dan memiliki kebenaran yang mutlak, maka agama tidak bisa disejajarkan
dengan nilai-nilai budaya setempat, bahkan agama harus menjadi sumber bagi
nilai-nilai buaya itu. Disinilah terjadi hubungan timbal balik antara agama
dengan budaya.
2.
Rumusan Masalah
A.
Apa pengertian dari pendidikan ?
B.
Apa Pengertian dari kebudayaan ?
C.
Apa Pengaruh Pendidikan terhadap Jiwa Keagamaan ?
D.
Bagaimana Hubungan tradisi keagamaan dan Sikap Keagamaan ?
E.
Bagaimana Pengaruh Kebudayaan terhadap Jiwa keagamaan ?
3.
Tujuan
A.
Untuk menjelaskan pengertian dari pendidikan
B.
Untuk menjelaskan pengertian kebudayaan
C.
Untuk menjelaskan pengaruh pendidikan terhadap jiwa keagamaan
D.
Untuk menjelaskan hubungan tradisi keagamaa dan sikap keagamaan
E.
Untuk menjelaskan pengaruh kebudayaan terhadap jiwa keagamaan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan
Kata “pendidikan” yang umum
kita gunakan sekarang, dalam bahasa arabnya adalah “tarbiyah”, dengan
kata kerja “rabba”. Kata “pengajaran” dalam bahasa arabnya adalah “ta’lim”
dengan kata kerjanya “alama”. Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa arabnya”tarbiyahwata’alim”
sedangkan “pendidikan Islam” dalam bahasa arabnya adalah “tarbiyah
Islamiyah”. Kata kerja rabba (mendidik) sudah digunakan pada zaman
Nabi Muhammad SAW (Drajat,2000: 25).
Pendidikan adalah bimbingan
pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani
anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (Tafsir, 1994: 24).
Pendidikan sebagai proses transfer dan transformasi budaya, yaitu merupakan
kegiatan pewarisan budaya dari generasi kegenerasi. Trnasformasi terlaksana
dalam tiga kemungkinan yaitu (1) nilai-nilai yang masih sesuai diteruskan dan
dikembangkan; (2) yang telah tidak sesuai diperbaiki; (3) yang tidak sesuai
perlu diganti (Tirtarajaardja, 2005: 23).
Pendidikan menurut Ki Hajar
Dewantara “ Pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan perkembangan budi
pekerti” (kekuatan batin), pikiran (intelek) dan jasmani anak-anak. Maksudnya
ialah supaya kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, yaitu kehidupan dan
penghidupan abak-anak, selaras dengan alamnya dan masyarakatnya.
Dari beberapa pengertian diatas
dapat ditarik kesimpulam bahwa pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan
oleh pendidik untuk membentuk manusia seutuhnya yang cerdas secara intelektual
maupun spiritual. Pendidikan secara teoritis mengandung pengertian
“memberimankan”(opvoeding) kepada jiwa anak didik sehingga mendapatkan kepuasan
rohaniah, juga sering diartikan dengan “menumbuhkan” kemampuan dasar manusia
(Arifin, 1999: 32). Jadi, pendidikan Islam berarti sistem pendidikan yang
memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan
cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak
kepribadiannya, dengan kata lain pendidikan islam adalah suatu sistem
kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang
dibutuhkan oleh hamba Allah sebagaimana Islam telah
menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia baik duniawi maupun
ukhrawi.
B.
Pengertian Kebudayaan
herskouits memandang kebudayaan
sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain.
Sementara, menurut Andress Eppink kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian
nilai, norma, ilmu pengetahuan, serta keseluruhan struktuk-struktur sosial,
religius, dan lain-lain.
Sementara menurut Corel R. E
dan Melvin E. (seorang ahli antropologi-budaya) memberikan konsep kebudayaan
umumnya mencakup cara berpikir dan cara berperilaku yang selah merupakan ciri
khas suatu bangsa atau masyarakat tertentu (yang meliputi) hal-hal seperti
bahasa, ilmu pengetahuan, hukum-hukum, kepercayaan, agama, kegemaran makanan
teretntu, musik, kebiasaan, pekerjaan, larangan-larangan dan sebagainya
(Atiqullah, 2006: 56).
Dengan demikian, kebudayaan
adalah hasil daya cipta manusia dengan menggunakan segenap potensi batin yang
dimilikinya. Didalam kebudayaa tersebut terdapat pengetahuan, keyakinan, seni,
moral, adat istiadat sebagai aspek-aspek dari kebudayaan itu sendiri yang kesemuanya
ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Dengan demikian, kebudayaan dalam suatu masyarakat merupakan sistem nilai
tertentu yang dijadikan pedoman hidup oleh warga yang mendukung kebudayaan
tersebut. Karena dijadikan kerangka acuan dalam bertindak dan bertingkah laku,
maka kebudayaan cenderung menjadi tradisi dalam suatu masyarakat.
Dalam suatau masyarakat yang
warganya terdiri atas pemeluk agama, maka secara umum pranata keagamaan menjadi
salah satu pranata kebudayaan yang ada di masyarakat tersebut. Dalam konteks
seperti ini terlihat hubungan antara tradisi keagamaan dengan kebudayaan
masyarakat tersebut. Bila kebudayaan sebagai pedoman bagi kehidupan masyarakat,
maka dalam masyarakat pemeluk agama perangkat-perangkat yang berlaku umum dan
menyeluruh sebagai norma-norma kehidupan akan cenderung mengandung muatan
keagamaan.
Dengan demikian dapat
disimpulkan, hubungan antara keagamaan dengan kebudayaan terjalin sebagai
hubungan timbal balik. Makin kuat tradisi keagamaan dalam suatu masyarakat akan
makin terlihata peran akan makin dominan pengaruhnya dalam kebudayaan.
C. Pengaruh Pendidikan terhadap
Jiwa Keagamaan
1.
Pengaruh pendidikan Keluarga
Pendidikan keluarga merupakan
pendidikan dasar bagipembentukan jiwa keagamaan perkembangan agama menurutW. H.
Clark, berjalan dengan unsur-unsur kejiwaan sehinggasulit untuk diidentifikasi
secara jelas, karena masalah yangmenyangkut keiwaan manusia demikian rumit dan
kompleksnya.Namun demikian, melalui fungsi-fungsi jiwa yang masih
sangatsederhana tersebut, agama terjalin dan terlihat di dalamnya.Melalui
jalinan unsur-unsur dan tenaga kejiwaan ini pulalahagama itu berkembang. dalam
kaitan itu pulalah terlihat peranpendidikan keluarga dalam menanamkan jiwa
keagamaan padaanak. Maka, tak mengherankan jika Rasul menekankan tanggungjawab
itu pada kedua orang tua.Menurut Rasul Allah Saw., fungsi dan peran orang
tuabahkan mampu untuk membentuk arah keyakinan anak-anakmereka. Menurut beliau,
setiap bayi yang dilahirkan sudahmemiliki potensi untuk beragama, namun bentuk
keyakinanagama yang akan dianut anak sepenuhnya tergantung daribimbingan,
pemeliharaan, dan pengaruh kedua orang tua mereka.
2.
Pendidikan Kelembagaan
Sekolah sebagai
kelembagaan pendidikan adalah pelanjutdaripendidikan keluarga. Karena
keterbatasan para orang tuauntuk mendidik anak-anak mereka, maka mereka
diserahkan kesekolah-sekolah. Sejalan dengan kepentingan dan masa
depananak-anak, terkadang para orang tua sangat selektif dalammenentukan tempat
untuk menyekolahkan anak-anak mereka.Mungkin saja para orang tua yang berasal
dari keluarga yang taatberagama akan memasukkan anaknya ke sekolah-sekolah
agama.Sebaliknya, para orang tua lain lebih mengarahkan anak merekauntuk masuk
ke sekolah-sekolah umum. Atau sebaliknya, paraorang tua yang sulit
mengendalikan tingkah laku anaknya akanmemasukkan anak-anak mereka ke sekolah
agama denganharapan secara kelembagaan sekolah
tersebut dapat memberipengaruh dalam membentuk kepribadian anak-anak tersebut.
Memang sulit untuk mengungkapkan
secara tepatmengenai seberapa jauh pengaruh pendidikan agama melaluikelembagaan
pendidikan terhadap perkembangan jiwakeagamaan para anak. Beradasarkan
penelitian Gillesphy danYoung, walaupun latar belakang pendidikan agama di
likungankeluarga lebih dominan dalam pembentukan jiwa keagamaanpada anak,
barangkali pendidikan agama yang diberikan dikelembagaan pendidikan ikut
berpengaruh dalam pembentukanjiwa keagamaan anak. Kenyataan sejarah
menunjukkankebenaran itu. Sebagai contoh adalah adanya tokoh-tokohkeagamaan yang
dihasilkan oleh pendidikan agama melaluikelembagaan pendidikan khusus seperti
pondok pesantren,seminari maupun vihara.
Pendidikan keagamaan (religiouspedagogyc)
sangat mempengaruhi tingkah laku ke agamaan.Pendidikan agama di lembaga
pendidikan bagaimanapunakan memberi pengaruh bagi pembentukan jiwa keagamaan
padaanak. Namun demikian, besar kecilnya pengaruh tersebut sangattergantung
pada berbagai faktor yang dapat memotivasi anakuntuk memahami nilai-nilai
agama. Sebab, pendidikan agama
pada hakikatnya merupakan pendidikan nilai. Oleh karena
itu,pendidikan agama lebih dititikberatkan pada bagaimanamembentuk kebiasaan
yang selaras dengan tuntunan agama.
Dengan demikian, pengaruh pembentukan
jiwakeagamaan pada anak di kelembagaan pendidikan, barangkalibanyak tergantung
dari bagaimana perencanaan pendidikanagama yang diberikan di sekolah (lembaga
pendidikan).
Fungsi sekolah dalam kaitannya dengan
pembentukanjiwa keagamaan pada anak, antara lain sebagai pelanjutpendidikan
agama di linngkungan keluarga atau membentuk jiwakeagamaan pada diri anak yang
tidak menerima pendidikanagama dalam keluarga. Dalam konteks ini guru agama
harusmampu mengubah sikap anak didiknya agar menerimapendidikan agama yang
diberikannya.
3.
Pendidikan di Masyarakat
Masyarakat merapakan lapangan
pendidikan yang ketiga.Para pendidik umumnya sependapat bahwa lapangan
pendidikan yang ikut mempengaruhi perkembangan anak didik adalahkeluarga,
kelembagaan pendidikan, dan lingkungan masyarakat.Keserasian antara ketiga
lapangan pendidikan ini akan memberi
dampak yang positif bagi perkembangan anak, termasuk dalampembentukan jiwa
keagamaan mereka.
Wetherington memberi
contoh mengenai fakta asuhan
yang diberikan kepada anak kembar yang diasuh di lingkunganyang berbeda.
Hasilnya ternyata menunjukkan bahwa adaperbedaan antara keduanya sebagai hasil
pengaruh lingkungan.
Lingkungan masyarakat
akan memberi dampak dalam
pembentukan pertumbuhan itu. Jika pertumbuhan fisik akanberhenti saat anak
mencapai usia dewasa, namun pertumbuhanpsikis akan berlangsung seumur hidup.
Hal ini menunjukkanbahwa masa asuhan di kelembagaan pendidikan (sekolah) hanya
berlangsung selama waktu ternentu. Sebaliknya, asuhan olehmasyarakat akan
berjalan seumur hidup. Dalam kaitan ini pulaterlihat besarnya pengaruh
masyarakat terhadap pertumbuhanjiwa keagamaan sebagai bagian dari aspek
kepribadiaan
terintegrasi dalam pertumbuhan psikis. Jiwa keagamaan yangmemuat norma-norma
kesopanan tidak akan dapat dikuasaihanya dengan mengenal saja. Menurut Emerson,
norma-normakesopanan menghendaki adanya norma-norma kesopanan pula
pada oranng lain.
Dalam ruang lingkup yang
lebih luas dapat diartikan
bahwa pembentukan nilai-nilai kesopanan atau nilai-nilai yangberkaitan dengan
aspek-aspek spiritual akan lebih efektif jikaseseorang berada dalam lingkungan
yang menjunjung tingginilai-nilai tersebut. Dengan demikian, fungsi dan
peranmasyarakat dalarn pembentukan jiwa keagamaan akan sangattergantung dari
seberapa jauh masyarakat tersebut menjunjungnorma-norma keagamaan itu sendiri.
D. Pegertian Kebudayaan
Herskouits memandang kebudayaan sebagai
sesuatu yangturun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain.
Sementara,menurut Andreas Eppink kebudayaan mengandung keseluruhanpengertian
nilai, norma, ilmu pengetahuan, serta keseluruhanstruktur-struktur sosial,
religius dan lain-lain
Sementara itu Corel R. E dan Melvin E.
(seorang ahliantropologi-budaya) memberikan konsep kebudayaan umumnyamencakup
cara berpikir dan cara berlaku yang selah merupakan cirikhas suatu bangsa atau
masyarakat tertentu (yang meliputi) hal- halseperti bahasa, ilmu pengetahuan,
hukum-hukum, kepercayaan,
agama, kegemaran makanan tertentu, musik, kebiasaan,
pekerjaan,larangan-larangan dan sebagainya (Atiqullah, 2006: 56).
Dengan demikian, kebudayaan adalah hasil
daya ciptamanusia dengan menggunakan dan mengerahkan segenap potensibatin yang
dimilikinya. Di dalam kebudayaan tersebut terdapatpengetahuan, keyakinan, seni,
moral, adat istiadat sebaga aspek –aspek dar kebudayaan itu sendiri yang
kesemuanya ditujukan untukmembantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.
Dengan demikian, kebudayaan dalam suatu
masyarakat merupakansistem nilai tertentu yang dijadikan pedoman hidup oleh
warga yangmendukung kebudayaan tersebut. Karena dijadikan kerangka acuandalam
bertindak dan bertingkah laku, maka kebudayaan cenderungmenjadi tradisi dalam
suatu masyarakat.
Tradisi menurut Parsudi Suparlan,
merupakan unsur social budaya yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat
dan sulit berubah. Umumnya tradisi erat kaitannya dengan mitos dan agama.Mitos
lahir dari tradisi yang sudah mengakar kuat disuatumasyarakat, sementara agama
dipahami berdasarkan kultus setempatsehingga mempengaruhi tradisi (Jalaludin,
1996: 214).
Dari sudut pandang sosiologi, tradisi
merupakan suatu pranatasosial, karena tradisi dijadikan kerangka acuan norma
ini ada yangbersifat sekunder dan primer. Pranata sekunder ini bersifat
fleksibelmudah berubah sesuai dengan situasi yang diinginkan, sedangkanpranata
primaer berhubungan dengan kehormatan dan harga diri,serta kelestarian masyarakatnya,
karena pranata ini merupakankerangka acuan norma yang mendasar dan hakiki dalam
kehidupanmanusia. Oleh karena itu pranata ini tidak dengan mudah dapatberubah
begitu saja.
Mengacu pada penjelasan di atas, tradisi
keagamaan termasukke dalam pranata primer, karena tradisi keagamaan ini
mengadungunsur-unsur yang berkaitan dengan ketuhanan atau keyakinan,tindakan
keagamaan, perasaan-perasaan yang bersifat mistik,penyembahan
kepada yang suci, dan keyakinan terhadap nilai – nilaiyanghakiki (Http://amgy.wodpress.com/2015/11/0912/budaya-danspiritualitaskeagamaan).
Dengan demikian, tradisi keagamaan sulitberubah, karena selain didukung oleh
masyarakat juga memuatsejumlah unsur-unsur yang memiliki nilai-nilai luhur yang
berkaitandengan keyakinan masyarakat. Tradisi keagamaan mengadung nilainilai
yang sangat penting yang berkaitan erat dengan agama yangdianut masyarakat,
atau pribadi-pribadi pemeluk agama tersebut.
Dalam suatu masyarakat yang warganya terdiri atas
pemelukagama, maka secara umum pranata keagamaan menjadi salah satupranata
kebudayaan yang ada di masyarakat tersebut. Dalam konteksseperti ini terlihat
hubungan antara tradisi keagamaan dengankebudayaan masyarakat tersebut. Bila
kebudayaan sebagai pedomanbagi kehidupan masyarakat, maka dalam masyarakat
pemeluk agamaperangkat-perangkat yang berlaku umum dan menyeluruh
sebagainorma-norma kehidupan akan cenderung mengandung muatankeagamaan.
Dengan demikian dapat disimpulkan, hubungan
antarakegamaan dengan kebudayaan terjalin sebagai hubungan timbal balik.Makin
kuat tradisi keagamaan dalam suatu masyarakat akan makinterlihat peran akan
makin dominan pengaruhnya dalam kebudayaan.
E.
Hubungan tradisi keagamaan dan sikap keagamaan
Tradisi keagamaan dan sikap
keagamaan saling mempengaruhi, sikap keagamaan mendukung terbentuknya tradisi
keagamaan, sedangkan tradisi keagamaan sebagai lingkungan kehidupan turut
memberi nilai-nilai, norma-norma pola tingkah laku keagamaan kepada seseorang. Dengan
demikian, tradisi keagamaan
memberi pengaruh dalam membentuk pengalaman dan kesadaranagama sehingga
terbentuk dalam sikap keagamaan pada diriseseorang yang hidup dalam lingkungan
tradisi keagamaan tertentu.
Sikap keagamaan yang terbentuk oleh
tradisi keagamaanmerupakan bagian dari pernyataan jati diri seseorang dalam
kaitan dengan agama yang dianutnya. Sikap keagamaan ini akan ikut mempengaruhi
cara berpikir, cita rasa, ataupun penilaian seseorang terhadap segala sesuatu
yang berkaitan dengan agama, tradisi keagamaan dalam pandangan Robert C. Monk
memiliki dua fungsi utama yang mempunyai peran ganda. Yaitu bagi masyarakat
maupunindividu. Fungsi yang pertama adalah sebagai kekuatan yang
mampumembuat kestabilan dan keterpaduan masyarakat maupun individu.Sedangkan
fungsi yang kedua yaitu tradisi keagamaan berfungsisebagai agen perubahan dalam
masyarakat atau diri individu, bahkandalam situasi terjadinya konfilik
sekalipun (Jalaludin: 221). Sikap dankeberagamaan seseorang atau sekelompok
orang bisa berubah danberkembang sejalan dengan perkembangan budaya dimana
agama ituhidup dan berkembang.
Demikian
pula budaya mengalami perkembangan dantranformasi. Transformasi budaya
merupakan perubahan yangmenyangkut nilai-nilai dan struktural sosial. Proses
perubahansturuktur sosial akan menyangkut masalah-masalah disiplin
sosial,solidaritas sosial, keadilan sosial, system sosial, mobilitas sosial
dantindakan-tindakan keagamaan. Tranformasi budaya yang tidakberakar pada nilai
budya bangsa yang beragam akan mengendorkandisiplin sosial dan solidaritas
sosial, dan pada gilirannya unsurkeadilan sosial akan sukar diwujudkan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan
sangatlah berpengaruh terhadap jiwa keagamaan seseorang, khususnya dalam pembentukan pribadi
atau pembentukanwatak. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin
baiktingkat kecerdasan dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SWT.Oleh karena
itu pengaruh pendidikan terhadap jiwa keagamaansangatlah penting untuk
diketahui guna untuk menanamkan rasakeagamaan pada seorang anak didik. Diantara
pengaruhnya adalahPendidikan Keluarga, Pendidikan Kelembagaan, dan Pendidikan
dimasyarakat
Pendidikan keluarga merupakan
pendidikan dasar bagipembentukan jiwa keagamaan. Perkembangan agama
menurutW.H.Clark, berjalin dengan unsur-unsur kejiwaan sehingga sulit
diidentifikasi secara jelas, karena masalh menyangkut kejiwaan,manusia begitu
rumit dan kompleksnya. Di sini terlihat hubunganantara llingkungan dan sikap
masyarakat terhadap nilai-nilai agama.Di lingkungan masyarakat sendiri
barangkali akan lebih memberipengaruh bagi pendidikan jiwa keagamaan
dibandingkan denganmasyarakat lain yang memiliki ikatan
yang longgar terhadap normanorma keagamaan
Kebudayaan adalah hasil daya cipta
manusia yang didalamnya terdapat pengetahuan, keyakinan, seni, moral, adat
istiadatsebagai aspek dari kebudayaan itu sendiri. Kebudayaan cenderungmenjadi
tradisi dalam suatu masyarakat karena kebudayaanmerupakan sistem nilai tertentu
yang dijadikan pedoman hidup oleh
masyarakat. Tradisi keagamaan memberi pengaruh dalammembentuk
pengalaman dan kesadaran agama sehingga terbentukdalam sikap keagamaan pada
diri seseorang yang hidup dalamlingkungan tradisi keagamaan tertentu. Secara
fenomina, kebudayaandalam era global mengarah kepada nilai-nilai sekuler yang
besarpengaruhnya terhadap perkembangan jiwa keagamaan. Dalamkaitannya dengan
jiwa keagamaan dampak globalisasi dapat dilihat melalui hubungan dengan perubahan
sikap, seperti hilangnyapegangan hidup yang bersumber dari tradisi masyarakat
danbersumber dari ajaran agama.
0 Response to "MAKALAH PENGARUH PENDIDKAN DAN KEBUDAYAAN TERHADAP KEAGAMAAN"
Posting Komentar